Mengenal Tokoh Standar Ohno Taiichi

Ohno Taiichi adalah bapak Toyota Production System yang merupakan penemu metode standar Lean Manufacturing, 7 waste (Muda), 10 Prinsip untuk menang.

Sekilas Ohno Taiichi

Nama Ohno Taiichi  atau dalam bahasa jepang dituliskan sebagai 大野 耐 一, ada juga yang menuliskan namanya Ōno Taiichi.

Dia berprofesi sebagai seorang insinyur industri, yang pernah menjabat sebagai Vice-President Eksekutif di Toyota Motor Company.

Ohno Taiichi dianggap sebagai bapak Toyota Production System, yang telah menginspirasi Lean Manufacturing di Amerika Serikat.

Kesuksesan perusahaan otomotif jepang “Toyota” tidak terlepas dari kiprah seorang tokoh bernama Ohno Taiichi.

Ia juga disebut sebagai Guru kebangkitan manufaktur Jepang setelah kehancuran ekonomi negara Jepang pasca perang dunia kedua.

Karya Ohno Taiichi

Berikut adalah beberapa diantara hasil karyanya seperti :

  • Seven Waste atau tujuh pemborosan, yang disebut dalam bahasa jepang dengan istilah “muda”, juga merupakan bagian dari Toyota Production System.
  • Beberapa buku tentang sistem tersebut, seperti : “Toyota Production System: Beyond Large-Scale Production”.

Ohno menyusun prinsip-prinsip yang juga mempengaruhi area di luar produksi manufaktur seperti ke bidang pelayanan yang juga dapat menerapkannya.

Salah satu contohnya adalah di bidang sales process engineering atau rekayasa proses penjualan.

Di bidang tersebut telah menunjukkan bagaimana konsep Just In Time (JIT) dapat meningkatkan proses :

  • penjualan,
  • pemasaran,
  • dan layanan pelanggan

Salah satu peran besar Ohno dalam mengembangkan cara organisasi mengidentifikasi pemborosan adalah melalui model ” Seven Wastes”

Limbah atau waste yang dimaksud tersebut adalah:

  1. Delay atau Penundaan, menunggu atau waktu yang dihabiskan dalam antrian tanpa adanya nilai tambah
  2. Memproduksi lebih dari yang dibutuhkan
  3. Over processing atau Mengolah secara berlebihan, atau melakukan aktivitas tanpa-nilai tambah
  4. Transportasi
  5. Unnecessary movement or motion atau Gerakan atau gerakan yang tidak perlu
  6. Inventory atau persediaan
  7. Defect atau Cacat pada Produk.

Metode 7 waste tersebut telah menjadi inti dalam banyak pendekatan akademis.

Toyota Production System (TPS) adalah suatu standar sistem manajemen yang mengatur manufaktur dan logistik yang dikembangkan oleh produsen mobil toyota.

Lebih jelas mengenai istilah TPS, 7 waste (Muda) dan Just In Time (Lean Manufacturing) tersebut dapat dibaca di artikel lain dari standarku.com berikut :

10 Prinsip Ohno

Karya lainnya adalah “ten precepts to think and act to win” atau “sepuluh prinsip berpikir dan bertindak untuk menang”.

Berikut ini adalah isi dari sepuluh pasal atau sepuluh kosep tersebut :

You are a cost atau Anda adalah biaya : Prinsip 1

Didalam sebuah perusahaan, setiap orang adalah sumber biaya yang harus dieri gaji, diberi ruang kerja, dan berbagai fasilitas untuk kerja.

Jadi itu semua membutuhkan biaya, maka setiap orang bertanggung jawab atas biaya yang timbul.

Jadi ketika seseorang bekerja maka ia harus menghasilkan sesuatu, yang nilainya jauh melebihi dari biaya yang dikeluarkan perusahaan untuknya.

Bila tidak, maka dia adalah beban perusahaan, hal-hal yang sifatnya beban maka harus dibuang.

Inti dari Prinsip 1 adalah : kurangi limbah atau waste.

Selalu katakan ”Saya bisa” : Prinsip 2

Harus selalu mencoba, tidak ada hal yang dianggap tidak bisa sebelum mencobanya.

Saya coba, dan saya bisa.

Saya coba banyak hal, membuat saya bisa banyak hal.

Pertama, katakan : “Saya bisa melakukannya.”

Tempat kerja adalah guru : Prinsip 3

Hanya di tempat kerja seseorang bisa menemukan jawaban, dalam bahasa Jepang hal ini disebut “genba shugi”.

Keahlian diperoleh dari lapangan atau tempat bekerja, bukan melalui buku atau teori dan juga bukan dari hasil perenungan di meja saja.

Arti sebaliknya adalah, belajarlah dari hal-hal yang sudah dikerjakan, bukan sekedar melakukannya dengan pikiran kosong.

Intinya : tempat kerja adalah seorang guru, seseorang hanya dapat menemukan jawaban di tempat kerja.

Lakukan segala sesuatu dengan segera : Prinsip 4

Memulai sesuatu sekarang adalah satu-satunya cara untuk menang.

Jangan membiasakan diri untuk menunda dan membuat pekerjaan menumpuk, sehingga tidak sanggup lagi mengatasinya.

Jangan tunggu hingga terdesak baru mengerjakan, jangan baru memulai saat semangat sudah mulai luntur.

Segera lakukan apa pun, memulai sesuatu sekarang adalah satu-satunya cara untuk menang.

Sekali mulai, lakukan dengan gigih hingga tujuan tercapai : Prinsip 5

Tidak ada tujuan yang tidak bisa dicapai, Tak ada mimpi yang bisa diraih, Tak ada jalan buntu.

Semua yang dihadapi hanyalah tembok yang bisa kita panjati, lompati, atau kalau perlu kita hancurkan.

Tembok di depan kita hanya akan jadi jalan buntu kalau kita memandangnya sebagai jalan buntu.

Intinya : setelah memulai sesuatu maka tekunlah dengannya, jangan menyerah sampai berhasil menyelesaikannya.

Jelaskan hal-hal sulit dengan cara yang mudah : Prinsip 6

Puncak pemahaman seseorang adalah saat ia mampu menjelaskan hal sulit dengan cara yang mudah dipahami orang.

Berempatilah pada orang yang belum paham, itu hanya bisa dimiliki oleh orang yang punya kemauan kuat untuk berbagi.

Jelaskan hal-hal yang sulit dengan cara yang mudah dimengerti, lalu ulangi hal-hal yang mudah dimengerti tersebut.

Pemborosan itu selalu tersembunyi : Prinsip 7

Jangan sembunyikan pemborosan, jadikan selalu terlihat sehingga selalu disadari sebagai masalah.

Biasakan untuk berpikir, mencari sumber pemborosan dan memunculkannya agar terlihat semua orang.

Jika pemborosan tersembunyi maka jangan sembunyikan dan buat semua masalah terlihat.

Gerakan sia-sia sama halnya dengan memperpendek umur : Prinsip 8

Hidup ini terbatas waktunya, hidup dinilai dari berapa banyak hal bermanfaat yang kita lakukan selama hidup.

Bila banyak amal sia-sia, maka amal bermanfaat kita hanya sedikit.

Mungkin kita akan kalah dari orang yang pendek umur tapi banyak amal bermanfaat, padahal umur kita lebih panjang dari dia.

Perbaiki yang sudah diperbaiki, untuk jadi lebih baik lagi : Prinsip 9

Tidak ada kesempurnaan dalam hidup. Selalu ada ruang dan kesempatan untuk meningkatkan kualitas.

Tidak boleh ada kata berhenti atau selesai untuk perbaikan, memperbaiki kembali apa yang telah diperbaiki untuk perbaikan lebih lanjut.

Kebijaksanaan ada pada setiap orang : Prinsip 10

Kebijaksanaan bukan bawaan lahir, namun dihasilkan dari sikap yang terus menerus diasah dalam interaksi dengan orang lain.

Orang bijak tidak hidup di gua, yang menghasilkan kebijakan dari perenungan.

Orang bijak hidup bersama manusia lain, mengasah kebijakannya melalui interaksi dengan orang lain.

Kebijaksanaan diberikan secara merata kepada semua orang, intinya adalah apakah seseorang dapat melatihnya.

Sejarah Kehidupan Ohno

Ohno Taiichi dilahirkan pada 29 Februari 1912 di Dalian, negara Cina.

Sempat mengenyam pendidikan di Nagoya Institute of Technology (Jepang) dan berhasil lulus dari sana.

Setelah lulus pada tahun 1932, ia bergabung dengan perusahaan milik keluarga Toyoda yaitu Toyota Automatic Loom.

Ayahnya memiliki hubungan dengan Kiichiro Toyoda, yang merupakan putra dari Ayah pendiri Toyota yakni Sakichi Toyoda.

Perusahaan tersebut membuat mesin pemintal benang, sehingga bisnis pertama Toyota adalah bukan otomotif namun bisnis pembuatan mesin pintal dan tenun.

Toyota baru mulai membuat mobil tahun 1938, namun hingga saat ini Toyota masih membuat mesin tenun dan masih merupakan pembuat mesin nomor satu di dunia.

Bekerja di Toyota Motor Company

Dia pindah ke perusahaan Toyota Motor Company pada tahun 1943, sebagai production engineer.

Pekerjaan nya lebih anyak di lapangan produksi yaitu sebagai shop-floor supervisor di bagian engine manufacturing shop didalam pabrik.

Menjelang akhir perang dunia kedua, produktivitas Toyota Motor Company jauh di bawah industri besar lainnya.

Pada saat itu, industri besar seperti Detroit Industry (Ford) menjadi raja dunia otomotif.

Dengan perbandingan sekitar 9:1, memiliki arti bahwa produktivitas satu pekerja di Amerika setara dengan 9 pekerja Jepang.

Ohno menemukan bahwa situasi yang tidak efisien atau in-efisiensi adalah alasan utama mengapa produktivitas Toyota lebih rendah dari produsen otomotif lainnya.

Oleh karena itu, dia berencana untuk menurunkan ahkan menghilangkan in-efisiensi pada bagian proses produksi.

Pencarian Ide

Pada 1956, Taiichi Ohno pergi ke Amerika Serikat untuk mengunjungi “The Big Three” (GM, Ford, dan Chrysler).

Tujuannya adalah untuk mempelajari teknologi industri otomotif yang telah mapan atau melakukan benchmarking.

Namun, bukannya mendapatkan ide dari pengamatannya di perusahaan otomotif lain, Onno justru mendapatkan inspirasi dari kunjungannya ke supermarket.

Onno memperhatikan dengan seksama bahwa, di supermarket setiap konsumen bebas memilih barang dan jumlah yang mereka inginkan serta membayar sesuai harga.

Inti dari Toyota Production System (TPS) yang dia kembangkan hingga pertengahan 1970-an adalah beberapa inspirasi dari supermarket seperti :

  • Membeli barang yang tepat,
  • Dengan jumlah akurat,
  • Dan harga yang sesuai.

Menurutnya, prinsip dalam sistem produksi Toyota adalah :

 “We let the flow manage the process, not the management manage the processes” atau “biarkan proses mengalir, bukan manajemen yang mengaturnya”.

Ohno Taiichi

Toyota Production System akhirnya berkembang secara evolusioner melalui segala kekurangan dan kendala pada dasawarsa awal.

Perkembangan jangka panjang tersebut, membuat sistem itu dapat meresap kuat ke dalam budaya perusahaan.

Oleh karena itu, Toyota Production System bukan hanya sekadar sistem produksi melainkan falsafah perusahaan Toyota itu sendiri.

Lean Manufacturing yang merupakan inti dari Toyota Production System, menjadi pilar produksi mobil Toyota hingga sekarang.

Saat ini, Lean Manufacturing juga melakukan evolusi menjadi konsep serupa yang lebih luas tujuannya yakni Lean Thinking.

Lean Thinking merupakan metode yang paling banyak diterapkan oleh berbagai industri, bahkan bukan hanya produsen otomotif saja.

Ohno akhirnya meninggal dunia pada tanggal 28 Mei 1990 dalam usia 78 tahun di Toyota City, Jepang.

Beberapa elemen pendukung Toyota Production System yang juga telah banyak diadopsi oleh organisasi lain, adalah seperti metode :

  • Pull System,
  • Muda (7 tipe pemborosan),
  • Single Minute Exchange,
  • Flexible job assignement,
  • Menghilangkan pekerjaan-pekerjaan tidak bernilai tambah,
  • Metode Kanban,
  • U-Shape cell,
  • One piece flow
  • Pemerataan produksi

Demikian artikel dari standarku.com mengenai Mengenal Tokoh Standar Ohno Taiichi.

Mohon saran dari pembaca untuk kelengkapan isi artikel ini, silahkan saran tersebut dapat disampaikan melalui kolom komentar.

Baca artikel lain :

Sumber referensi :

Leave a Comment