Metode Standar QFD Quality Function Deployment

Quality Function Deployment (QFD) adalah suatu metode standar untuk perencanaan perbaikan proses produksi melalui pengumpulan informasi mengenai kebutuhan dan keinginan konsumen.

Pengertian Quality Function Deployment

Konsumen atau pelanggan merupakan orang atau perusahaan lain yang akan menggunakan produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan.

Pelanggan yang loyal membuktikan bahwa suatu perusahaan mampu membuat produk atau jasa yang sesuai dengan keinginan pelanggan atau mampu memenuhi kepuasan pelanggan (customer satisfaction).

Perusahaan membutuhkan suatu upaya untuk mempertahankan pelanggan tersebut, dalam rangka mencapai kepuasan pelanggan.

Untuk itu, para ahli yang terlibat dengan perusahaan atau dunia bisnis membuat berbagai studi yang menghasilkan berbagai teknik atau metode demi mencapai tujuan tersebut.

Teknik atau metode yang sudah diakui bersama akan menjadi suatu standar yang dapat diterapkan dimanapun.

Salah satu teknik untuk mencapai kepuasan pelanggan adalah dengan cara melakukan perbaikan proses (process improvement).

Perbaikan proses tersebut dapat dilakukan di seluruhan rentetan proses produksi, dibantu dengan berbagai tool atau metode standar.

Salah satu teknik atau metode yang populer adalah Quality Function Deployment (QFD).

Definisi Quality Function Deployment Perusahaan

QFD merupakan suatu metode yang digunakan oleh perusahaan untuk mengantisipasi dan menentukan prioritas kebutuhan dan keinginan konsumen.

Serta menggabungkan kebutuhan dan keinginan konsumen tersebut dalam produk dan jasa yang disediakan bagi konsumen.

Definisi Quality Function Deployment Bisnis

QFD adalah salah satu metode untuk membantu kesuksesan perubahan pada operasi bisnis yang lebih berfokus pada pencegahan (preventive), dibandingkan penekanan pada reaksi (reactive).

Penggunaan QFD dapat membantu mendefinisikan apa saja yang akan dilakukan dan perubahan apa yang dilakukan terhadap cara memperbaiki suatu proses.

Perbaikan proses tersebut diharapkan dapat menghasilkan performa bisnis yang konsisten dari sudut pandang pelanggan (customer).

Kombinasi Metode Standar

Ada metode lain yang dapat dikombinasi dengan QFD, yakni Voice of  Customer (VoC) atau mudahnya kita sebut dengan “suara dari konsumen”.

QFD juga sangat berguna untuk mentransformasikan Voice Of Customer (VOC) ke dalam karakterisik teknis untuk sebuah produk atau layanan.

Metode standar untuk perbaikan proses yang sering menggunakan teknik QFD adalah metode TQM (Total Quality Management).

Berbagai metode standar tersebut dapat diterapkan bersama-sama dengan baik karena semuanya memiliki tujuan akhir yang sama, yakni memenuhi kepuasan pelanggan (customer satisfaction).

Sejarah QFD

Metode QFD pertama kali diperkenalkan di Jepang pada tahun 1996 oleh Dr. Yoji Akao, seorang Professor of Management Engineering dari Tamagawa University.

Teknik tersebut dikembangkan dari praktek dan pengalaman di berbagai industri di Jepang.

Pertama kali dikembangkan pada tahun 1972 oleh perusahaan Mitsubishi di Kobe Shipyard.

Kemudian diadopsi oleh Toyota pada tahun 1978, dan pada tahun-tahun berikutnya juga dikembangkan oleh perusahaan lainnya.

Fokus utama dari QFD ini yaitu melibatkan pelanggan pada proses pengembangan produk sedini mungkin.

Filosofi yang mendasarinya adalah bahwa pelanggan tidak akan puas dengan suatu produk meskipun suatu produk yang dihasilkan sudah sempurna.

Karena sebaik apapun suatu produk, belum tentu dibutuhkan oleh konsumen.

Berikut adalah salah satu buku hasil editing dari Dr. Yoji Akao mengenai QFD :

Buku QFD (Quality Function Deployment) dari Dr. Yoji Akao
Buku QFD dari Dr. Yoji Akao

Pengertian QFD menurut para ahli

Berikut kami sajikan beberapa definisi dari para ahli mengenai apa itu QFD, untuk membuka wawasan dan mempermudah pemahaman.

Yoji Akao

Dalam buku QFD Integrating costumer requiremens into product design (1990), Yoji Akao berpendapat bahwa :

QFD adalah suatu metodologi untuk menterjemahkan kebutuhan dan keinginan konsumen ke dalam suatu rancangan produk yang memiliki persyaratan teknik dan karakteristik kualitas tertentu.

(Akao, 1990; Urban Hauser, 1993)

Suatu metode untuk mentransformasikan permintaan dari user menjadi sebuah design quality untuk menyebarkan function forming quality dan menyebarkan metode-metode untuk mencapai design quality ke dalam sistem, bagian komponen, dan elemen-elemen spesifik dalam proses manufaktur.

QFD adalah suatu metodologi terstruktur yang digunakan dalam proses perencanaan dan pengembangan produk untuk menetapkan spesifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen, serta mengevaluasi secara sistematis kapabilitas suatu produk atau jasa dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.

Lou Cohen

Metode terstruktur yang digunakan dalam proses perencanaan dan pengembangan produk untuk menetapkan spesifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen, serta mengevaluasi suatu produk dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.

QFD meliputi seluruh komponen yang diterapkan dalam rencana pengembangan sekolah dengan target teridentifikasi.

Oakland J.S (1995)

QFD adalah suatu sistem untuk mendesain sebuah produk atau jasa yang berdasarkan permintaan pelanggan, dengan melibatkan partisipasi fungsi-fungsi yang terdapat dalam organisasi tertentu.

Revelle

QFD dibuat untuk membantu organisasi dalam meningkatkan kemampuan organisasi di sekolah dalam memahami kebutuhan konsumen dan secara efektif memberi tanggapan kepada kebutuhan konsumen.

QFD adalah metode yang digunakan dalam mendukung dan melaksanakan filosofi TQM (Total Quality Management). QFD digunakan dalam berbagai perencanaan.

Dalam QFD, semua anggota tim dapat mengambil keputusan secara sistematik untuk memprioritaskan berbagai tanggapan yang mungkin terhadap sekelompok tujuan tertentu.

QFD juga dapat diartikan sebagai penyebaran fungsi-fungsi yang terkait dengan pengembangan produk dan pelayanan dengan mutu yang memenuhi kepuasan konsumen.

(Revelle., Frigon., dan Jackson, 1995)

Berdasarkan definisinya, QFD merupakan :

  • Praktek untuk merancang suatu proses sebagai tanggapan terhadap kebutuhan pelanggan.
  • Menterjemahkan apa yang dibutuhkan pelanggan menjadi apa yang dihasilkan oleh organisasi.
  • Memungkinkan organisasi untuk memprioritaskan kebutuhan pelanggan, menemukan tanggapan inovatif terhadap kebutuhan tersebut dan memperbaiki proses hingga tercapainya efektifitas maksimum.
  • Merupakan praktik menuju perbaikan proses yang dapat memungkinkan organisasi untuk melampaui harapan pelanggan.

Istilah dalam Quality Function Deployment

Pengertian Kualitas

Menurut Bethe (1962:314), kualitas adalah sebuah kata yang abstrak kecuali jika digunakan untuk menemukan dan mengukur karakteristik dari produk.

Kualitas berhubungan dengan keekonomisan produksi dan tingkat kualitas dapat dijaga di bawah proses produksi yang direncanakan dengan baik.

Hal ini dilakukan agar dapat diterima oleh konsumen, kualitas juga menunjang biaya produksi dan harga jual.

Keinginan konsumen bukanlah penerapan secara global, tetapi pada penerapan sistem, sub-sistem, atau yang lebih detil sesuai dengan tingkat kebutuhan.

Kebutuhan desain global tersebut, kemudian dimasukkan kedalam part tertentu dan karakteristik kritis part tertentu tersebut untuk kemudian baru direalisasikan.

Pengenalan tahap-tahap perkembangan konsep kualitas akan memberikan tim pelaksana pentingnya posisi konsep kualitas yang diterapkan saat ini.

Tahapan tersebut kemudian disesuaikan dengan konsep yang terbaru.

Dengan demikian, tim pelaksana akan selalu siap memberikan kualitas yang terbaik untuk keuntungan konsumen.

Penilaian Konsumen (assessment of customers)

Andreassen (2004:50) menjabarkan bahwa kepuasan konsumen adalah harapan konsumen yang berupa perkiraan atau keyakinan konsumen tentang apa yang diterimanya dan dirasakannya setelah membeli dan menggunakan produk atau jasa.

Kepuasan konsumen tidak dapat diukur secara langsung melalui pengukuran obyektif.

Kepuasan konsumen harus dilihat sebagai sesuatu hal yang abstrak dan merupakan fenomena teoritis yang dapat diukur melalui banyak indikator.

Untuk mengetahui kepuasan konsumen, digunakan angket penilaian konsumen terhadap rencana perbaikan proses.

Pengertian Angket

Sugiyono (2010:38) berpendapat bahwa angket merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden.

Kelebihan metode angket adalah dalam waktu yang relatif singkat dapat memperoleh data yang banyak, tenaga yang diperlukan sedikit dan konsumen dapat menjawab dengan bebas tanpa terpengaruh orang lain.

Berdasarkan pendapat tersebut, dengan angket produsen dapat mengetahui pendapat konsumen, kelebihan dan kekurangan produk yang dihasilkan oleh produsen tersebut.

Pengertian Survei

Yang dimaksud survei di sini adalah survei kebutuhan konsumen.

Menurut Palmer (2012:49), survei digunakan untuk mengetahui informasi penting yang dapat berpengaruh pada usaha seseorang.

Usaha tersebut termasuk jenis usaha yang baru dimulai atau usaha yang telah berjalan.

Survei konsumen menjembatani kesenjangan antara konsumen dan tim pelaksana.

Survei dilaksanakan dengan cara bertatap muka langsung dengan responden.

Dengan adanya interaksi tatap muka antara tim pelaksana dan konsumen, survei memungkinkan keduanya untuk mengetahui hal-hal yang penting bagi hubungan tim pelaksana dan konsumen.

Menurut Sugiyono (2010:50) cara yang efektif dalam melakukan survey adalah dengan melakukan interview langsung.

Alat yang digunakan dalam interview sama dengan angket, hanya saja diisi oleh petugas lapangan yang bertanya kepada responden.

Informasi yang diperoleh bisa lebih banyak dan suasananya bisa lebih santai.

Namun metode ini membutuhkan waktu yang tidak sedikit karena pertanyaan dalam proses interview selalu berkembang sesuai dengan keadaan di lapangan.

Setelah dilakukan survei kebutuhan konsumen, data survei kebutuhan konsumen ini bisa diolah oleh tim pelaksana untuk perbaikan maupun perawatan.

Pengertian Kebutuhan

Stephani Puspita (2013) mendefinisikan kebutuhan sebagai salah satu aspek psikologis yang menggerakkan mahluk hidup dalam aktivitas-aktivitasnya serta menjadi dasar atau alasan untuk berusaha.

Kebutuhan dipengaruhi oleh kebudayaan, lingkungan, waktu dan agama.

Semakin tinggi tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin tinggi dan banyak pula macam kebutuhan yang harus dipenuhi.

Pada dasarnya, manusia bekerja mempunyai tujuan tertentu, yaitu memenuhi kebutuhan.

Tujuan tim pelaksana adalah sama, yaitu memenuhi kebutuhan konsumen.

Kebutuhan konsumen diperoleh setelah melaksanakan penyebaran angket dan survei didata dalam bentuk daftar periksa atau checklist.

Pengertian Daftar Periksa (checklist)

Ayu Rai (2010:25) berpendapat bahwa metode yang paling sederhana dalam penilaian kinerja adalah metode penilaian kategori.

Penilaian ini meminta para manajer memberi nilai untuk tingkat-tingkat kinerja karyawan dalam formulir khusus yang dibagi dalam ketegori kinerja.

Daftar periksa (checklist) merupakan cara umum dalam metode penilaian kategori.

Daftar periksa dapat dimodifikasi sehingga bobot yang berbeda-beda dapat diterapkan pada kalimat atau kata-kata.

Daftar periksa memudahkan tim pelaksana untuk proses perbaikan pada RPS.

Hambatan Daftar Periksa

Menurut Tony Wijaya (2011:35), terdapat beberapa kesulitan dalam pengisian daftar periksa ini.

Kesulitan tersebut adalah:

  • skala penilaian grafik, kata-kata atau kalimat bisa memiliki arti yang berbeda
  • penilai tidak bisa membedakan hasil penilaian jika daftar periksa yang diberi bobot ini digunakan. Dalam hal ini harus diperlukan keahlian dalam melakukan daftar periksa.

Alur penerapan metode QFD berdasar pada dimensi penjaminan kualitas yang digunakan sesuai dengan pendapat konsumen yang membutuhkan kualitas tersebut.

Proses pelayanan tersebut akan dinilai konsumen melalui dimensi kualitas pelayanan.

Dimensi kualitas pelayanan tersebut adalah wujud, keandalan, respon, jaminan dan empati.

Dimensi kualitas pelayanan ini kemudian dimasukkan ke dalam matriks House of Quality (HOQ) untuk dianalisis.

Melalui matriks House of Quality diperoleh informasi yang bisa digunakan untuk mendesain, mendesain ulang dan perbaikan kualitas yang berkesinambungan.

Tujuan Quality Function Deployment

 Berikut ini adalah tujuan dari penerapan metode QFD pada proses produksi:

  • Mengetahui kebutuhan dan keinginan pelanggan agar produk yang dihasilkannya dapat memenuhi tingkat kualitas yang baik sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
  • Melakukan pengembangan kebutuhan produk dan menjamin bahwa keinginan dari pelanggan mendapatkan perhatian yang baik.
  • Sebagai alat bantu dalam melakukan analisa kompetitor atau persaingan usaha baik dari segi teknis maupun dari sudut pandang konsumen sehingga diperoleh strategi pemasaran yang tepat.
  • Menetapkan prioritas atau tujuan jangka pendek dan jangka panjang suatu perusahaan.
  • Membuat suatu proses komunikasi yang formal atau resmi.
  • Memumculkan ide dan perbaikan produk secara terus menerus (continuous improvement), sehingga desain sasaran produk sesuai dengan keinginan konsumen.

Penerapan Quality Function Deployment

Berikut ini adalah tahapan dalam penerapan Metode QFD :

1. Perencanaan Produk (Product planning)

Tahap pertama, perusahaan melakukan identifikasi mengenai kebutuhan konsumen melalui pengumpulan informasi dan analisa kebutuhan tersebut.

Kemudian berbagai kebutuhan tersebut diterjemahkan kedalam format kebutuhan teknis (technical requirements). 

Menurut buku Tony Wijaya (2011:79), pendekatan dasar yang digunakan dalam QFD adalah konsep yang hampir sama dengan praktik yang dilakukan oleh berbagai perusahaan manufaktur di Amerika.

Dimulai dengan identifikasi kebutuhan konsumen, yang selalu dinyatakan dalam item kualitatif seperti :

  • Tampilan yang bagus
  • Keefektifan penggunaan
  • Keamanan
  • Kesesuaian dengan tujuan yang diharapkan

Perencanaan produk tersebut dapat membantu mendefinisikan mengenai apa saja yang dilakukan dan bagaimana cara memperbaikinya.

Sehingga didapatkan hasil berupa suatu performa yang konsisten dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.

Dalam pengembangan sebuah produk, keinginan konsumen yang sering kali tidak jelas atau tidak mudah dipahami.

Sehingga, keinginan konsumen tersebut harus dikonversikan kedalam kebutuhan internal yang nantinya dapat ditindak lanjuti.

Hal ini biasa disebut dengan istilah kebutuhan desain.

Pada umumnya, ada beberapa karakteristik produk global yang jika direalisasikan secara tepat akan memberikan kepuasan pada konsumen.

2. Penilaian Konsumen (Assessment of customers)

Tahap ini adalah melakukan penilaian terhadap harapan pelanggan yang berupa perkiraan atau keyakinan pelanggan mengenai apa yang diterima dan dirasakannya setelah membeli dan menggunakan produk atau jasa.

Penilaian konsumen ini tidak dapat diukur secara langsung melalui pengukuran yang obyektif.

Namun, penilaian tersebut bersifat abstrak atau teori yang dapat diukur melalui banyak indikator.

Untuk mendapatkan penilaian konsumen tersebut dapat dilakukan dengan dua metode yaitu angket dan survei :

2.1 Angket

Angket  adalah suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan kepada responden terpilih.

Penyusunan angket adalah dengan mengumpulkan sejumlah pertanyaan untuk mengetahui pendapat responden mengenai kelebihan dan kekurangan produk yang dihasilkan oleh perusahaan.

2.2 Survei

Survey merupakan suatu metode pengumpulan data untuk mengetahui kebutuhan konsumen dengan cara bertatap muka langsung dengan responden.

Adanya interaksi tatap muka tersebut dapat menjadikan perusahaan memperoleh informasi penting yang lebih detail mengenai apa saja yang perlu diperbaiki dari sebuah produk.

3. Desain Produk (Product design)

Selanjutnya, setelah kebutuhan dan keinginan konsumen tersebut diketahui oleh perusahaan.

Perusahaan akan melakuan perbandingan antara kebutuhan teknik (technical requirements) dengan karakteristik komponen sehingga terciptalah desain produk yang akan diluncurkan (release).

4. Perencanaan Proses (Process Planning)

Ketika desain produk sudah tercipta, maka yang dibutuhkan perusahaan adalah menentukan  prosedur atau tahapan dan berbagai parameter kedalam karakteristik proses produksi.

5. Perencanaan Pengendalian Proses (Process Planning Control)

Jika perencanaan proses produksi sudah ditetapkan, perusahaan perlu melakukan monitoring selama proses produksi berlangsung.

Oleh karenanya dalam tahapan metode QFD ini, perusahaan menetapkan atau menetukan metode-metode pengendalian untuk mengendalikan karakteristik proses produksi.

Penerapan QFD menurut para ahli

Berikut adalah beberapa metode Penerapan QFD menurut para ahli.

Quality Function Deployment menurut Lou Cohen (1995:60)

Metode QFD menurut Lou Cohen memiliki beberapa tahap perencanaan dan pengembangan melalui matriks, yaitu :

1. Matrik perencanaan produk (House of Quality)

HOQ lebih dikenal dengan rumah pertama, yang terdiri dari 7 bagian utama yaitu :

  • Customer needs
  • Technical requirment
  • Co-relationship
  • Relationship
  • Customer competitive evaluation
  • Competitive technical assement
  • Targets

2. Matrik perencanaan part (Part Deployment)

Disebut juga rumah kedua, yaitu metrik yang mengidentifikasi faktor-faktor teknis yang kritikal terhadap pengembangan produk.

3. Matrik Perencanaan proses (Process Planing)

Lebih dikenal dengan rumah ketiga, merupakan matrik untuk mengidentifikasi pengembangan proses pembuatan suatu perencanaan pengembangan mengetahui proses perencanaan matik HOQ.

4. Matrik perencanaan manufacturing

Lebih dikenal dengan rumah keempat, yang memaparkan tindakan yang perlu diambil didalam perbaikan.

Implementasi QFD terdiri dari tiga tahap, dimana seluruh kegiatan yang dilakukan pada masing-masing tahapan dapat diterapkan seperti layaknya suatu proyek.

Ketiga tahapan tersebut menurut Lou Cohen (1995) adalah :

1. Tahap pengumpulan Suara Pelanggan (Voice of Customer)

 Tahap ini adalah melakukan survey untuk memperoleh suara pelanggan.

Proses ini membutuhkan data pelanggan yang ditulis sebagai atribut-atribut dari produk atau service.

Atribut-atribut atau kebutuhan-kebutuhan ini merupakan keuntungan potensial yang dapat diterima pelanggan dari produk atau servicenya.

Tiap atribut mempunyai beberapa data numerik yang berkaitan dengan kepentingan relatif atribut bagi pelanggan dan tingkat performasi kepuasan pelanggan dari produk yang mirip berdasarkan atribut tersebut.

Atribut ini biasanya disebut data pelanggan kualitatif dan informasi numerik tiap atribut sebagai data kuantitatif.

Prosedur umum dalam perolehan suara pelanggan adalah untuk menentukan atribut-atribut pelanggan (data kualitatif) dan mengukur atribut-atribut (data kuantitatif).

Data kualitatif secara umum diperoleh dari pembicaraan dan observasi dengan pelanggan, sementara data kuantitatif diperoleh dari survey atau penarikan suara (Poling).

2. Tahap penyusunan rumah kualitas (House of Quality)

Penerapan metode QFD dalam proses perancangan produk dan jasa diawali dengan pembentukan matriks perencanaan produk atau sering disebut sebagai House of Quality (rumah kualitas).

3. Tahap analisa dan implementasi.

Menurut Tony Wijaya (2011:79), aktifitas utama dari QFD terdiri dari :

  1. Penjabaran persyaratan konsumen;
  2. Penjabaran karakteristik kualitas yang dapat diukur
  3. Penentuan hubungan antara kebutuhan kualitas dan karakteristik kualitas
  4. Penerapan sejumlah nilai berdasarkan sejumlah angka tertentu terhadap masing-masing karakteristik kualitas
  5. Penyatuan karakteristik kualitas ke produk
  6. Perancangan produksi dan pengendalian kualitas produk.

Tahapan dalam QFD terdiri dari :

(1) penjaminan kualitas produk atau jasa

(2) penjabaran persyaratan konsumen melalui pendapat konsumen (angket, survei)

(3) penjabaran karakteristik kebutuhan konsumen (checklist)

(4) Pembuatan matriks House of Quality yang dimulai dengan :

  • Penentuan hubungan antara kebutuhan kualitas dan karakteristik kualitas
  • Penerapan sejumlah nilai berdasarkan sejumlah angka tertentu terhadap masing-masing karakteristik kualitas
  • Penyatuan karakteristik kualitas ke produk
  • Perancangan produksi dan pengendalian kualitas produk

Contoh matriks House of Quality dari wikipedia :

House of Quality di QFD (Quality Function Deployment)
House of Quality di QFD

Manfaat Quality Function Deployment

Berikut adalah berbagai manfaat dari penerapan QFD sebagai metode perbaikan proses di suatu perusahaan :

1. Fokus pada pelanggan

QFD memerlukan pengumpulan masukan dan umpan balik dari pelanggan, hal ini menunjukkan bahwa organisasi yang menerapkan QFD terbukti berfokus pada pelanggan.

2. Efisiensi waktu

QFD dapat mengurangi waktu pengembangan produk, karena memfokuskan pada persyaratan pelanggan yang spesifik dan melakukan identifikasi dengan jelas.

3. Orientasi kerja sama tim (Teamwork Oriented)

QFD merupakan pendekatan kerjasama tim, semua keputusan dalam proses didasarkan konsensus dan dicapai melalui diskusi mendalam dan brainstorming.

4. Orientasi pada dokumentasi

Salah satu produk yang dihasilkan dari proses QFD adalah dokumen komprehensif, yang berisi mengenai semua data yang berhubungan dengan segala proses yang ada dan perbandingannya dengan persyaratan pelanggan.

Dari 4 point diatas, dapat kita ketahui bahwa secara spesifik manfaat penerapan QFD adalah sebagai berikut :

  • Meningkatkan Keandalan Produk, Kualitas Produk, Kepuasan Konsumen.
  • Memperpendek waktu peluncutan produk (time to market).
  • Mereduksi biaya perancangan.
  • Meningkatkan komunikasi, Produktivitas, keuntungan perusahaan.

Manfaat QFD menurut para ahli

Quality Function Deployment menurut Nasution (2001:24)

Manfaat dari QFD antara lain:

Fokus pada Pelanggan

QFD memerlukan pengumpulan masukan dan umpan balik dari pelanggan, kemudian informasi tersebut diterjemahkan ke dalam sekumpulan persyaratan pelanggan yang spesifik.

Efisiensi Waktu

QFD dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan dalam pengembangan produk karena berfokus pada persyaratan pelanggan yang spesifik dan telah melakukan identifikasi dengan jelas.

Orientasi Kerjasama Tim

QFD merupakan pendekatan orientasi kerjasama tim, semua keputusan dalam proses didasarkan atas konsensus yang dicapai melalui diskusi mendalam dan brainstorming.

Orientasi pada Dokumentasi

Salah satu produk yang dihasilkan dari proses QFD adalah dokumen komprehensif mengenai semua data yang berhubungan dengan segala proses yang ada dan perbandinganya dengan persyaratan pelanggan.

Quality Function Deployment menurut ASI

Menurut ASI (2003), manfaat utama QFD yaitu :

  • Menurunkan waktu proses
  • Meningkatkan komunikasi internal
  • Dokumentasi yang lebih baik
  • Menghemat biaya.

Ariani

Ariani dalam Tony Wijaya (2011: 48) mengungkapkan bahwa QFD mempunyai manfaat:

  • Costumer Focused, yaitu mendapatkan input dan umpan balik dari pelanggan mengenai kebutuhan dan harapan pelanggan.
  • Time Efficient, yaitu mengurangi waktu pengembangan produk.
  • Time Oriented, QFD menggunakan pendekatan yang berorientasi pada kelompok sehingga semua keputusan didasarkan pada konsensus dan keterlibatan semua orang dalam diskusi dan pengambilan kesimpulan dengan teknik brainstorming.
  • Documentation Oriented, QFD menggunakan data dan dokumentasi yang berisi semua proses dan seluruh kebutuhan dan harapan pelanggan. Data dan dokumentasi ini digunakan sebagai informasi mengenai kebutuhan dan harapan pelanggan yang selalu diperbaiki dari waktu per waktu.

Tony Wijaya

Dalam buku Manajemen Kualitas Jasa (2011:79), mengatakan bahwa QFD mempunyai manfaat sebagai berikut :

  • Rancangan produk dan jasa baru memuaskan kebutuhan pelanggan.
  • Berfokus pada efisiensi waktu, dalam hal tersebut akan mengurangi lamanya waktu yang diperlukan untuk daur rancangan secara keseluruhan sehingga dapat mengurangi waktu untuk memasarkan produk-produk baru. Perkiraan- perkiraan terbaru memperlihatkan adanya penghematan antara sepertiga sampai setengah dibandingkan dengan sebelum menggunakan QFD.
  • Mendorong terselenggaranya tim kerja. Semua keputusan dalam proses diambil berdasarkan ketepatan bersama dalam diskusi seluruh departemen. Masing-masing anggota tim kerja mempunyai kedudukan yang sama pentingnya dan memiliki sesuatu untuk disumbangkan kepada proses.

Kelemahan QFD

Menurut Tony Wijaya di buku Manajemen Kualitas jasa (2011:49), bahwa QFD mempunyai kelemahan- kelemahan sebagai berikut.

  • Memerlukan input dan analisa data subyektif dalam jumlah yang besar.
  • Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk input manual dari proses angket ataupun survei yang dilakukan.
  • Memerlukan keahlian spesifik beragam, seperti misalnya pada bagian input memerlukan ahli analis pasar, pada bagian kualitas membutuhkan ahli untuk menerjemahkan karakteristik ke dalam spesifikasi teknis.
  • Karena metode QFD ini hanya sebuah alat, maka tidak ada kejelasan mengenai kerangka pemecahan masalah.
  • Tidak memiliki deskripsi kerja (job description) yang tepat untuk orang-orang yang terlibat di dalamnya.
  • Kesulitan dalam pengisian matriks.

Demikian artikel dari standarku.com mengenai Metode Standar Quality Function Deployment.

Mohon saran dari pembaca untuk kelengkapan isi artikel ini, silahkan saran tersebut dapat disampaikan melalui kolom komentar.

Baca artikel lain :

Sumber referensi :

  • Akao, Yoji. (1990). QFD Integrating costumer requiremens into product design
  • Andreassen, Tor W. (2004). Satisfaction, loyalty and reputation as indictator of castumer orientation in the public sector
  • Ayu Rai. (2010). Metode-metode untuk penilaian kinerja
  • Cohen, Lou. (1995). Quality function deployment : How to make QFD work of you. New York
  • Jack B., Revelle,. (1997). The hand book of QFD
  • Nasution, M. N. (2005). Manajemen mutu terpadu (Total Quality Management)
  • Palmer, Kock (2012). Voice of customer
  • Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan
  • stephanips.blogspot.com
  • Tony Wijaya. (2011). Manajemen kualitas jasa
  • digilib.petra.ac.id
  • eprints.ums.ac.id
  • eprints.undip.ac.id
  • eprints.umm.ac.id
  • mercubuana.ac.id

1 thought on “Metode Standar QFD Quality Function Deployment”

Leave a Comment