Mengenal JIT, standar metode Just In Time

Just In Time (JIT) adalah suatu standar metode sistem produksi manufaktur untuk memenuhi kebutuhan pelanggan secara efisien dalam hal kualitas, biaya dan waktu.

Pengertian Just In Time

Dari segi bahasa, istilah “Just In Time” jika diterjemahkan langsung ke bahasa Indonesia adalah Tepat Waktu.

Oleh karena itu, Sistem Produksi Just In Time ini dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan “Sistem Produksi Tepat Waktu” atau produksi yang “in time”.

Dengan kata lain, JIT adalah perusahaan yang melakukan produksi barang atau jasa hanya ketika ada order atau permintaan dari pelanggan.

Jika tidak ada order dari pelanggan, maka perusahaan tidak akan membuat produk tersebut.

Menurut wikipedia, definisi JIT adalah :

Suatu sistem produksi yang dirancang untuk :

  • Mencapai kualitas,
  • Menekan biaya,
  • dan mencapai waktu penyerahan seefisien mungkin

Dan dilakukan dengan cara menghapus seluruh jenis pemborosan yang terdapat dalam proses produksi.

Sehingga perusahaan mampu menyerahkan produknya (baik barang maupun jasa) sesuai dengan keinginan pelanggan atau konsumen secara tepat waktu.

Untuk mencapai sasaran dari sistem JIT, perusahaan hanya boleh memproduksi sebanyak jumlah yang dibutuhkan atau diminta konsumen dan pada saat dibutuhkan.

Sehingga hal ini akan dapat mengurangi biaya pemeliharaan atau menekan kemungkinan terjadi kerusakan atau kerugian akibat dari menimbun barang.

Sistem JIT ini dirintis oleh Toyota Motor Corporation dan dikenal juga dengan nama Sistem Produksi Toyota.

Kemudian, dikenal juga dengan istilah Sistem Produksi Ramping (Lean Production System) dan sistem kanban.

Lean Manufacturing adalah metode untuk menghilangkan pemborosan (waste) didalam produksi, meningkatkan nilai tambah produk serta memberikan nilai kepada pelanggan yang dilakukan secara terus menerus (continuously Improvement) oleh suatu Industri manufaktur (pabrik).

Kanban adalah salah satu standar alat kendali untuk membantu memperlancar proses produksi dan inventory, didalam konsep Lean Manufacturing dan JIT.

Lebih jelas mengenai Lean manufacturing dan Kanban dapat dibaca pada artikel lain dari standarku.com berikut :

Contoh perusahaan di bidang selain manufaktur otomotif adalah di perusahaan makanan dengan layanan pesan antar seperti Domino’s Pizza.

JIT dalam Manufaktur

Dalam dunia produksi manufaktur, seluruh proses berjalan berdasarkan waktu tertentu, jadi ketepatan waktu sangat penting seperti :

  • Pada bagian hulu produksi, bahan baku (material) yang akan diolah menjadi barang jadi harus tiba tepat waktu dan juga tepat jumlah.
  • Demikian pula di bagian hilir juga harus menghasilkan barang jadi yang siap dikirimkan ke pelanggan (customer) secara tepat waktu dan juga tepat jumlah.

Dengan terbentuknya kondisi tepat waktu dan tepat jumlah tersebut maka produksi dapat menjaga jumlah paling minimum dari persediaan :

  • Bahan baku
  • Bahan pendukung
  • Komponen (part)
  • Bahan setengah jadi atau dalam bahasa manufaktur disebut WIP (Work In Progress)
  • Barang jadi

Dengan demikian, perusahaan dapat menghasilkan aliran biaya (Cash Flow) yang optimal atau mampu menghindari biaya-biaya yang tidak perlu karena kelebihan bahan baku dan barang jadi.

Penerapan JIT memerlukan tindakan yang teliti dalam perencanaan produksi, biasanya bagian yang bertugas adalah Planner atau sering disebut dalam istilah berikut :

  • PPC (Production Planning Control), atau :
  • PPIC (Production Planning & Inventory Control)

Seorang Planner harus ekerja dengan teliti dalam melakukan perencanakan jadwal produksi, seperti dalam penjadwalan :

  • pembelian bahan produksi,
  • penerimaan bahan produksi,
  • jalannya produksi,
  • kesiapan produk
  • pengiriman barang jadi

Seiring dengan kemajuan teknologi, kebanyakan perusahaan manufakturing modern saat ini menggunakan bantuan berbagai perangkat lunak atau software.

Software tersebut digunakan untuk membuat rencana jadwal produksi, termasuk mengelola pesanan pembelian (purchase order) dan pengendalian jumlah persedian (Inventory).

Selain itu juga mampu melakukan pertukaran informasi mulai dari pemasok (vendor) hingga ke pelanggan (customer).

Teknologi yang digunakan adalah Electronic Data Interchange (EDI), yang mampu melakukan pengecekan data hingga yang paling rinci (detail).

Contoh software yang cukup populer digunakan oleh perusahaan besar adalah ERP (Enterprise Resource Planner) yang dibuat oleh perusahaan raksasa “Oracle”.

Penerapan Just In Time

Toyota adalah perusahaan manufakturing Jepang yang telah menerapkan sistem produksi Just In Time ini sejak tahun 1950 an.

Pada tahun 1938, Toyota ingin melakukan efisiensi komponen biaya produksi agar dapat mengurangi biaya produksi.

Tujuannya adalah agar Toyota dapat menghemat bahan baku sehingga pada akhirnya akan meningkatkan keuntungan.

Knsep JIT tersebut adalah sebuah cara untuk mengurangi terjadinya kelebihan suatu sistem produksi, dengan cara proses produksi dilakukan secara tepat waktu.

Caranya adalah dengan hanya memproduksi mobil ketika ada order atau permintaan dari pelanggan saja melalui dealer mereka.

Sehingga, hal ini bisa meningkatkan efisiensi pada komponen biaya produksi seperti bahan baku dan juga ongkos produksi nya.

Tujuan Just In Time

Yang paling utama, tujuan dari sistem produksi JIT adalah untuk menghindari terjadinya pemborosan yaitu :

  • Kelebihan kuantitas atau jumlah dalam produksi (overproduction)
  • Persediaan yang berlebihan (excess Inventory)
  • Pemborosan dalam waktu penungguan (waiting)

Ketiga pemborosan diatas merupakan fokus dari JIT, ketiganya juga termasuk didalam metode populer “7 Waste” yang harus dihindari dalam Sistem Produksi Toyota.

Sistem Produksi Toyota atau Toyota Production System (TPS) adalah suatu standar sistem manajemen yang mengatur manufaktur dan logistik yang dikembangkan oleh produsen mobil toyota.

Lebih jelas mengenai Sistem Produksi Toyota dapat dibaca pada artikel lain dari standarku.com berikut :

Kelebihan dan Kekurangan JIT

Kelebihan JIT

Berikut ini adalah berbagai kelebihan dari Sistem Produksi Just In Time :

  • Tingkat Persediaan barang (Stock Level) yang rendah, sehingga mampu menghemat tempat penyimpanan dan biaya.
  • Pembelian bahan produksi hanya pada saat diperlukan saja, sehingga biaya lebih rendah karena tidak banyak menumpuk stok bahan produksi tersebut.
  • Melalui konsep tingkat persedian yang rendah, maka dapat mengurangi terjadinya pemborosan akibat produk yang ketinggalan zaman, kadaluarsa, rusak atau usang.
  • Mengurangi adanya penumpukan produk jadi yang tidak terjual, yang diakibatkan oleh perubahan mendadak dalam permintaan produksi.
  • Mendorong supplier (Pemasok) untuk meningkatkan kualitas bahan-bahan produksi yang mereka kirim, sehingga dapat mengurangi waktu pemeriksaan dan mencegah proses pengerjaan ulang karena kualitas yang rendah.

Kekurangan JIT

Sebaliknya, berikut adalah kekurangan atau kelemahan dari penerapan JIT :

  • Tidak adanya toleransi kesalahan atau “Zero Tolerance for mistakes”, sehingga menyulitkan dalam melakukan perbaikan atau pengerjaan ulang pada bahan produksi atau produk jadi yang cacat. Penyeabnya adalah tingkat persediaan yang sangat minim atau sedikit.
  • Menjadi sangat tergantung terhadap kualitas dan ketepatan pengiriman dari pemasok dan rantai pasokan nya (supply chain), yang dapat menyebabkan jadwal produksi yang telah direncanakan terhambat.
  • Sulit untuk memenuhi permintaan yang mendadak dari pelanggan, karena tidak ada stok atau persediaan kelebihan produk jadi.

Demikian artikel dari standarku.com mengenai Mengenal JIT atau standar metode Just In Time.

Mohon saran dari pembaca untuk kelengkapan isi artikel ini, silahkan saran tersebut dapat disampaikan melalui kolom komentar.

Baca artikel lain :

Sumber referensi :

Leave a Comment